Minggu, 20 Mei 2012

Kisah Perselingkuhan – 2

Hingga suatu saat ketika Yanti melepas ciuman bibirnya, lalu mulai menciumi leherku dan semakin turun ke bawah, bibirnya kini menemukan buah dadaku yang mengeras. Tanpa berkata-kata sambil sejenak melirik padaku, Yanti menciumi dua bukit payudaraku secar bergantian. Napasku mulai memburu hingga akhirnya aku menjerit kecil ketika bibir itu menghisap puting susuku. Dan sungguh aku menikmati semuanya, karena baru pertama kali ini aku diciumi oleh seorang wanita.

“Akh.., Yaantii.., oh..!” jerit kecilku sedikit menggema.
“Kenapa Rid.., enak ya..!” katanya di sela-sela menghisap putingku.
“Iya.., oh.., enaaks.. teruus..!” kataku sambil menekan kepalanya.
Diberi semangat begitu, Yanti semakin gencar menghisap-hisap putingku, namun tetap lembut dan mesra. Tangan kirinya menahan tubuhku di punggung.

Kisah Perselingkuhan – 1

Namaku Faridha. Orang biasa memanggilku dengan Ridha saja. Aku lahir tahun 1975 di sebuah kota terkenal dengan julukannya, yaitu kota hujan. Aku telah menikah dengan seorang pria keturunan Jawa bernama Mas Hadi. Kami dikarunai seorang anak laki-laki yang kulahirkan di akhir tahun 1999. Oh.. iya, aku menikah dengan Mas Hadi pada tahun 1998, bulan April.

Kehidupan kami biasa saja, dari segi ekonomi sampai hubungan suami istri. Aku dan suamiku cukup menikmati kehidupan ini. Suamiku yang kalem dan sedikit pendiam adalah seorang pegawai swasta di kotaku ini. Penghasilan sebulannya cukup untuk menghidupi kami bertiga. Namun kami belum begitu puas. Walau bagaimana kami harus merasakan lebih bukan hanya sekedar cukup.

Pesta Sex Yang Seru

Sekitar 1 pasar yang melalui isteriku, Dayu dan saya diundang berasal ke sebuah beach resort bersama dengan rekan-rekan kerjanya. Isteriku bekerja di disitribusi marketing di sebuah perusahaan mega yang amat berlimpah berhasil beberapa tahun belakangan, dan perihal tersebut berimbas di kesejahteraan karyawannya yang semakin ke atas dan beberapa ekstra juga, keliru satunya merupakan perjalanan ke resort kali ini.

Aku amat berlimpah bergairah bakal pergi, biarpun dia merasa resah bertemu dengan rekan-rekan gawai isteriku. Kantor Dayu bekerja sangatlah berkultur informal, dan kadang Dayu riwayat padaku mengenai segala bujukan dan cubitan yang berlangsung selama pukul kerja. Aku bekerja di sebuah perusahaan hukum, yang amat berlimpah kekhusuhan dan professional, dan bercandai apalagi sama-sama menganggu merupakan perihal yang tidak dapat ditolerir di perusahaan. Dan perihal itu mempengaruhi aksi dan perilakuku di keseharian, saya menjadi seorang yang jelas dan formal. Aku tidak begitu serius dapat berbaur dengan kawan gawai Dayu nanti.

Budak Pemuasku

Saya adalah seorang wanita, single dan telah 8 tahun bekerja di sebuah perusahaan multi national yang terkenal, mungkin para pembaca mengetahui sebagai pekerja apalagi di sebuah perusahaan yang besar, karir kita tidak akan pernah mencapai posisi puncak, tentunya posisi ini biasanya diisi oleh seorang Expat yang ditunjuk langsung oleh headquarters yang bertempat di luar negeri.

Selama 8 tahun saya terus berambisi dan bekerja keras untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi lagi, dimana bukan hanya imbalan materi dan fasilitas yang lebih baik, tetapi juga untuk mendapatkan kekuasan yang lebih, hal kedua ini sifatnya lebih condong untuk kepuasan batin.

Jumat, 18 Mei 2012

Bercinta dengan gigolo – 3

Aku ke kamar mandi supaya badan segar, kuguyurkan air hangat di sekujur tubuhku, kusiram rambutku yang tidak karuan bercampur bau sperma. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.30 malam ketika aku keluar dari kamar mandi. Kulihat mereka duduk di sofa, Rio dan Andre di sofa panjang sementara Hendra di sofa satunya, masih bertelanjang. Ketika aku datang hanya berbalut handuk, ranjang sudah dirapikan, entah apa rencana mereka, pikirku. Persetan yang penting aku dapat menikmati dan kuikuti permainannya.

Rupanya aku terlalu lama dan asyik mandi hingga tidak tahu kalau makanan datang dan sudah tersaji di meja. Aku merasa lapar, maklum habis selesai dengan Rio disambung sama Andre dan aku belum makan sejak tadi siang. Aku duduk di antara Rio dan Andre, yang kemudian disambut tarikan handuk pembalut tubuhku oleh Rio hingga terlepas. Keduanya langsung mencium pipiku kiri kanan dan kusambut remasan di kejantanan mereka yang agak menegang.

Bercinta dengan gigolo – 2

Entah sudah berapa lama tertidur ketika kurasakan sesuati menggelitik vaginaku. Sambil membuka mata yang masih berat, kulihat kepala sudah terbenam di selangkanganku yang telah tebuka lebar. Ah, Rio mulai lagi, pikirku. Ketika aku menoleh ke sofa mencari Hendra, kulihat dia telanjang duduk di samping Rio yang juga telanjang sambil tersenyum ke arahku. Jadi siapa yang bermain di vaginaku saat ini, terkaget aku dibuatnya. Langsung duduk kutarik rambutnya dan ternyata si Andre, teman Rio yang kusuruh pulang bersama si pendek tadi.

Sebenarnya dia tidak terpilih bukan karena aku tidak tertarik, tapi aku harus memutuskan satu di antara dua yang baik.
“What the hell going on here..?” pikirku, tapi tidak sempat terucap karena permainan lidahnya sungguh menggetarkan naluri kewanitaanku.
Kubiarkan Andre bermain di selangkanganku dan kunikmati permainan lidahnya, meskipun tidak sepintar Rio, tapi masih membuatku menggelinjang-gelinjang kenikmatan.

Bercinta dengan gigolo – 1

Setelah lama berpetualang dengan Hendra, aku perlu juga variasi bermain sex yang lain, dengan ragu-ragu akhirnya kuusulkan ke Hendra untuk memanggil gigolo supaya permainan bertambah menarik. Dengan berat hati Hendra menyetujui dengan syarat aku yang mencari dan dia yang memutuskan atau memilih orangnya.

Setelah mencari informasi dari sana sini, akhirnya kudapatkan nomor telepon jaringan gigolo, aku tidak mau lewat milist yang banyak menawarkan diri, karena dari pengalaman mereka hanya besar nyali dan nafsu saja, tapi tidak dengan stamina dan variasi permainan. Sesuai dengan kesepakatan dengan seorang GM, akhirnya dia akan mengirim 3 orang untuk kami pilih di tempat kami menginap, uang bukanlah masalah bagi kami.

Berpacu dalam nafsu – 2

“mbak Lily? saya Rino temannya Rio” sapanya
Agak bingung juga aku, disatu sisi aku membutuhkannya apalagi dengan penampilan dia yang begitu sexy sementara di sisi lain masih ada Pak Edwin di ranjang.
“Sebentar ya” kataku menutup pintu kembali, terus terang aku nggak tahu bagaimana menentukan sikap, sebenarnya aku nggak keberatan melayani mereka berdua malah itu yang aku harapkan tapi bagaimana dengan Pak Edwin, rekanan bisnis yang baru beberapa jam yang lalu aku kenal, tentu aku harus menjaga citraku sebagai seorang bisnis women professional, aku bingung memikirkannya.
“kudengar ada bel pintu, ada tamu kali” kata Pak Edwin dari ranjang
“eh..anu..enggak kok Pak” jawabku kaget agak terbata
“jangan panggil Pak kalau suasana begini, apalagi dengan apa yang baru saja terjadi, panggil Edwin atau Koh Edwin saja, toh hanya beberapa tahun lebih tua”
“iya teman lama, nggak penting sih, tapi kalau bapak keberatan aku suruh dia pulang biar besok dia kesini lagi” kataku
“ah nggak pa pa kok, santai saja” jawabnya ringan.

Petualangan villa cinta – 4

Singkat cerita, aku sampai ke air terjun kecil itu. Aku jalan-jalan mencari tempat yang enak buat berendam. Kaosku mulai basah dan dadaku makin jelas kelihatan, apalagi Samping yang aku pakai, sudah basah benar-benar kena cipratan air terjun. Enak juga sih segar, tapi lama-lama makin susah jalannya, soalnya Samping aku jadi sering keinjak. Aku jadi ingin cepat-cepat berendam, soalnya segar sekali airnya, dan waktu aku menemui tempat yang enak, aku siap-siap berendam, aku lepas sandalku. Tapi waktu aku mau melepas Samping-ku tiba-tiba ada tangan yang memegang bahuku, aku berbalik ternyata seorang cowok menodongi pisau lipat ke leherku. Aku kaget camput takut, tapi secara naluri aku diam saja, salah-salah leherku nanti digoroknya.

“Mau.. mau apa lo ke gue?” aku tanya ke orang yang lagi nodong pisau ke aku. Aku tidak berani lihat mukanya, soalnya aku takut sekali. Ternyata cowok itu tidak sendiri, seorang temannyamuncul dari balik batu, rupanya mereka memang sudah ngincar aku dari tadi. Temannya itu langsung buka baju dan celana jeans-nya. Aku tebak kalau mereka mau memperkosa aku. Ternyata tebakanku benar, orang yang menodongi pisau bicara, “Sekarang lo buka semua baju lo, cepet sebelum kesabaran gue habis!” Aku jadi ingat bagaimana korban-korban perkosaan yang akulihat di TV, aku jadi ngeri. Jangan-jangan begitu mereka selesai perkosa aku, aku dibunuh. Makanya aku beranikan diri ngomong kalau aku tidak keberatan muasin mereka asal mereka tidak bunuh aku.

Petualangan villa cinta – 3

Kulihat Alf melihati bagaimana aku main di bawah sana. Sesekali dia buka mulut sambil berdesah menahan nikmat. Aku belum puas juga, kukocok batang penisnya pakai tanganku dan kuhisap-hisap kepalanya sambil kujilati pelan-pelan. Alf merem-melek juga dan tidak lama dia sudah tidak tahan lagi, sepertinya sih mau keluar, makanya dia cepat-cepat melepaskan penisnya dari mulutku. Aku tahu dia tidak mau selesai cepat-cepat, makanya aku tidak ngotot meng-”karaoke”-in penisnya lagi.

Alf sengaja membiarkan penisnya istirahat sebentar, dia suruh aku terlentang sambil mengangkang. Aku menurut saja, aku tahu Alf jago mainkan lidahnya, makanya aku senang sekali waktu dia mulai jilati bibir vaginaku yang sudah basah sekali. Benar saja, baru sebentaraku sudah dibikin merem-melek gara-gara lidahnya yang jago sekali itu. Sepertinya habis semua bagian vaginaku disapu lidahnya, mulai dari bibirnya, klitorisku, sedikit ke dalam ke daerah dinding dalam, sampai anusku juga tidak ketinggalan dia jilati.

Petualangan villa cinta – 2

Aku coba atur nafasku, dan waktu aku mulai tenang, aku buka mata, Ricky sudah buka celana dalamnya, dan penisnya yang hampir maksimal langsung berdiri di depan mukaku. Dia megangi batang penisnya pakai tangan kanannya, tangan kirinya membelai rambutku. Aku tahu dia mau di-”karoake”-in, ada rasa jijik juga sih, tapi tidak adil dong, dia sudah muasin aku, masaaku tolak keinginannya. So aku buka mulutku, aku jilat sedikit kepala penisnya. Hangat dan bikin aku ketagihan. Aku mulai berani menjilat lagi, terus dan terus. Ricky duduk di ranjang, kedua kakinya dibiarkan terlentang. Aku duduk di ranjang, terus aku bungkuk sedikit, aku pegang batang penisnya yang besarnya lumayan itu pakai tangan kiriku, tangan kananku menahan badanku biar tidak jatuh dan mulutku mulai bekerja.

Mula-mula cuma menjilati, terus aku mulai emut kepala penisnya, aku hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku, ternyata tidak masuk, kepala penisnya sudah menyodok ujung mulutku, tapi masih ada sisa beberapa senti lagi. Aku tidak maksakan, aku gerakkan naik-turun sambil aku hisap dan sesekali aku gosok batang penisnya pakai tangan kiriku. Ricky sepertiya puas juga sama permainanku, dia mrlihati bagaimana aku meng-”karaoke”-in dia sambil sesekali membuka mulut sambil sedikit berdesah. Sekitar 5 menit akhirnya Ricky tidak tahan, dia berdiridan mendorong badanku ke ranjang sampai aku terlentang, dibukanya pahaku agak lebar dandijilatnya sekali lagi vaginaku yang sudah kebanjiran. Terus dipegangnya penisnya yang sudah sampai ke ukuran maksimal. Dia mengarahkan penisnya ke vaginaku, tapi tidak langsung dia masukan, dia gosok-gosokkan kepala penisnya ke bibir vaginaku, baru beberapa detik kemudian dia dorong penisnya ke dalam. Seperti ada sesuatu yang maksa masuk ke dalam vaginaku, menggesek dindingnya yang sudah dibasahi lendir.

Petualangan villa cinta – 1

Setelah sekitar satu bulan tidak menulis cerita, akhirnya kami kembali ke dunia virtual dan kembali menuliskan semua kenangan, fantasi dan mimpi kami untuk kemudian merangkai sebuah cerita lagi. Ada puluhan tanggapan dan kritikan dan juga pujian yang kami terima. Dalam satu bulan ini kami coba untuk mengevaluasi cerita-cerita kami, menghilangkan bagian negatif dan menonjolkan bagian positif dari cerita kami. Oke tanpa memperpanjang kata lagi, kami mulai cerita yang kami beri judul “Petualangan Villa Cinta”.

Pagi-pagi benar handphone-ku sudah bunyi. Aku sedikit kesal dan malas bangun dari tempat tidurku. Tapi bunyinya itu tidak kurang keras, aku malah tidak bisa tidur lagi. Akhirnya aku paksakan juga berdiri dan lihat siapa yang call aku pagi-pagi begini. Eh, tidak tahunya temanku Vivie. Aku sedikit ketus juga menjawabnya, tapi langsung berubah waktu aku tahumaksudnya. Si Vivi mengajakku ikut bareng cowoknya ke vilanya tidak terlalu jauh dari tempatku.Aku sih setuju sekali sama ajakan itu, terus aku tanya, apa aku boleh ajak cowokku. Si Vivi malah tertawa, katanya ya jelas dong, memang harusnya begitu. Rencananya kami bakal pergi besok sore dan kumpul dulu di rumahku.

Sang Dewi – 1

Aku sama sekali tak menyangka bakal ketemu Dewi di lobby sebuah hotel berbintang di kawasan pantai senggigi Lombok bersama seorang laki laki cina yang sudah cukup umur, mungkin sekitar 55 tahun, yang aku tahu pasti bukan suaminya, mereka bergandengan mesra melintasi lobby tanpa memperhatikan sekitarnya, aku yakin dia tidak melihat keberadaanku di sana, mereka menuju sebuah mobil mewah yang sudah menunggu di depan lobby dan melesat pergi.

Aku tak bisa memikirkan hal itu lebih lama karena acara “Manager Gathering” segera di mulai, hari ini adalah hari terakhir dari tiga hari acara yang diselenggarakan kantor pusat, acara yang rencananya selesai pukul 19:00 molor dan ditutup pada pukul 21:30.
Dari kejauhan kulihat Dewi melewati lobby sendirian menuju lift, kupercepat jalanku untuk menyapanya sebelum dia masuk lift.