Saya adalah seorang wanita, single dan telah 8 tahun bekerja di sebuah perusahaan multi national yang terkenal, mungkin para pembaca mengetahui sebagai pekerja apalagi di sebuah perusahaan yang besar, karir kita tidak akan pernah mencapai posisi puncak, tentunya posisi ini biasanya diisi oleh seorang Expat yang ditunjuk langsung oleh headquarters yang bertempat di luar negeri.
Selama 8 tahun saya terus berambisi dan bekerja keras untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi lagi, dimana bukan hanya imbalan materi dan fasilitas yang lebih baik, tetapi juga untuk mendapatkan kekuasan yang lebih, hal kedua ini sifatnya lebih condong untuk kepuasan batin.
Saya rasakan juga bahwa hal ini lumrah bagi manusia untuk mendapatkan hal yang lebih dan kelebihan itu selalu berkisar di antara hal hal tersebut, hanya setiap orang mempunyai hasrat dan ambisi yang berbeda beda dan di tambah dengan faktor talenta, kemauan untuk kerja keras dan faktor keuntungan tentunya tidak semua orang akan mendapatkan level yang sama.
Di perusahaan di tempat saya bekerja, saya terkadang merasa tertekan di mana atasan saya selalu menganggap saya sebagai budaknya dan segala hasil kerja keras saya selalu di ambil creditnya untuk atasannya lagi. Terkadang sebagai wanita kita juga sering di lecehkan (tidak secara sexual dalam case saya) tetapi dalam arti batas kemampuan kita, kelemahan dan lain sebagainya. Saya mengerti di dunia ini dan sudah menjadi kenyataan ada kecenderungan pria dianggap sebagai manusia yang lebih dalam segala hal sehingga segala sesuatunya akan lebih baik bila pria yang mengerjakannya sehingga mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
Oleh karena hal tersebut di atas saya berkesimpulan bahwa sebab sebab dari kesukaan saya untuk menjadi seorang Domina dalam fantasi permainan sex ini mungkin berawal dari ketidak puasan saya dengan kejadian kejadian dan situasi di tempat kerja saya tersebut. Permainan fantasi sex ini seakan membalaskan dendam saya terhadap ketidak puasan dan keadaan di tempat saya bekerja sehingga secara kejiwaan saya bisa menjadi sangat menikmati dan puas bila dapat melihat seorang pria tidak berdaya dan menurut atas kemauan saya apalagi ketidak berdayaannya itu dilakukannya sendiri dengan sukarela dan senang hati.
Pertanyaan pertanyaan dari para pembaca yang menanyakan akan sebab dari kesukaan saya ini semoga bisa dengan jelas terjawab dalam penjelasannya yang saya ungkapkan dengan sejujur jujurnya diatas.
Mungkin cukup penjelasan saya mengenai back ground dari kesukaan saya ini, kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya dengan seorang pria yang kebetulan juga cocok dengan fantasi saya dan juga cocok selera dengan saya dari segi fisik maupun sifatnya.
Seleksi dan Recruitment
Pertemuan saya dengan budak cowok saya yang baru ini berawal dari email. Setelah pemuatan cerita saya yang berjudul “Pemijat Submissive”, banyak sekali cowok yang berkirim surat kepada saya untuk meminta dijadikan budaknya. Namun dari sekian banyak email saya memilih beberapa saja yang saya balas, tentunya dari balasan yang ada saya juga menyeleksi ulang lagi cowok-cowok yang mendaftar untuk menjadi budak saya.
Kriteria pemilihan saya terutama adalah orang yang intelegent, open minded dan tentunya benar benar menghayati perannya sebagai seorang budak. Kemudian saya juga memeriksa background orang tersebut dari segi materi, kebersihan dan status perkawinan. Saya sengaja mencari orang yang status sosialnya cukup tinggi, sudah kawin dan cukup mapan, pertimbangan ini saya pilih untuk menghindari masalah privacy saya di dunia luar, karena saya juga yakin seorang dengan kriteria yang tadi juga ingin rahasia jati dirinya di jaga sehingga kami bisa saling menjaga privacy.
Dari proses penyaringan tersebut akhirnya saya memilih satu kandidat yang saya pikir cukup memadai, namanya Anwar. Dia adalah seorang Chinese yang cukup mapan, berasal dari keluarga yang terhormat, sudah kawin dan berusia 32 tahun. Setelah kurang lebih 1 bulan kami saling mengenal diri melalui telepon dan email akhirnya saya merasa sudah cukup comfortable untuk bertemu langsung dengan dia.
Pertemuan kami atur di sebuah Mall besar di Jakarta Barat yang sangat terkenal dan ramai, pertemuan ini di sepakati pada hari dan jam kerja, di sebuah coffe shop.
Saya sengaja datang 60 menit lebih awal untuk mempelajari situasi dan menyiapkan jalan untuk back out dari pertemuan ini bila ternyata si Anwar itu tidak cocok dengan deskripsi yang telah dia berikan, terus terang pembaca saya sangat nervous sekali waktu itu.
Sambil duduk dan minum cafe late yang sudah dihidangkan saya berharap harap cemas menunggu pertemuan dengan Anwar, jantung saya berdebar debar keras, dan efek dari coffe yang saya minum sepertinya membuatnya menjadi tambah parah. Tiba tiba telepon HP saya berdering, sepertinya jantung saya hampir copot mendengarnya, memang kami sudah berjanji untuk saling menelpon bila sudah dekat di lokasi.
“Hello Mbak, saya Anwar..”
“Oh iya.. Sudah dimana kamu?” desahku sambil gemetar.
Sambil menjawab saya melihat ke sekeliling coffe shop, ketika itu saya melihat seseorang cowok yang sedang berdiri dan celingukan sambil menelpon. Mata kami beradu dan dia tersenyum sambil mengangukan kepalanya, seketika itu saya langsung tahu kalau cowok itu adalah Anwar yang sepertinya sudah saya kenal walau hanya melalui telepon dan email. Dia berjalan menghampiri saya sambil tersenyum dan menyodorkan tangannya untuk berjabatan tangan.
Para pembaca, pertemuan yang mendebarkan ini ternyata cukup menyenangkan, saya seketika merasa nyaman sekali berada di dekat si Anwar setelah bertemu dan mengobrol ngalor ngidul tentang kehidupan kami. Orangnya menurut saya sangat open minded, pintar dan sedikit pemalu, secara fisik cukup menarik, tingginya sekitar 180 cm, kulitnya putih bersih kecoklatan, rambut pendek, badan cukup berisi hanya sedikit gemuk di sekitar pinggang.
Tanpa terasa kami sudah ngobrol selama 1 jam, selama ngobrol mata kami saling bertatapan, dan saya melihat ketulusan dan kejujuran di sorot matanya, sesekali dia menundukan mata bila saya bertanya yang sifatnya sangat pribadi, saya merasa berada diatas angin dan mendominasi pembicaraan. Bahan pembicaraan kami sama sekali tidak menyinggung mengenai permainan sex yang kita gemari tetapi lebih banyak ke keluarga, kerja dan lain lain. Sepertinya kita bisa saling terbuka dengan kehidupan kami. Saya juga merasakan adanya peningkatan atas kepercayaan dan merasa comfortable dengan dia.
Setelah pertemuan itu, kita berjanji untuk saling kontak untuk pertemuan berikutnya melalui email dan telepon, mungkin kita malu untuk memulai pembicaraan tentang fantasi permainan yang memang kami sukai itu secara langsung, mungkin karena ini pun pertemuan pertama kita.
Setibanya saya di rumah saya langsung menyalakan note book dan mulai menulis email untuk Anwar untuk pertemuan kita yang lebih lanjut. Di dalam email intinya saya menyatakan kepada dia bahwa saya ingin menjadikan dia seorang budak sex pemuas nafsu yang mengabdikan badan dan jiwanya kepada saya sebagai Mistressnya, tentunya dengan batas batas tertentu yang dia punyai, untuk itu saya menanyakan komitmen dia dan batas batas yang di sanggupi oleh dia.
Di dalam email saya juga menulis semacam pernyataan atau perjanjian mengenai kerahasian dan kebersihan yang harus di lengkapi dengan hasil pemeriksaan lab atas bebasnya dia dari penyakit penyakit kelamin sebagai syarat saya untuk menyewa dia sebagai budak sex saya.
Setelah kurang lebih 1 minggu (yang serasa lama sekali) saya mendapatkan email balasan dari si Anwar. Dengan berdebar debar saya mulai membuka dan membaca email balasan darinya. Di dalam emailnya dia menyanggupi segala syarat dan keinginan saya, dia juga bahkan melampirkan hasil scan dari hasil pemeriksaan lab yang meluluskan dia dari penyakit penyakit. Dia sangat ingin segera mengabdikan dirinya untuk saya dan juga menuliskan batasan batasan yang dia inginkan.
Pembaca, menurut saya batasan batasan yang di berikan oleh dia cukup bisa dimengerti. Batasan utama yang diinginkan adalah mengenai kerahasiaan sehingga permainan hanya berlaku di dalam tempat yang aman dan discreet dan di luar dari itu hubungan kita tetap hanya sebagai teman biasa, sehingga “public humiliation/punishment” tidak bisa di terapkan di dalam permainan kami. Batasan lainnya juga mengenai penyiksaan yang sampai menimbulkan luka permanen atau mengeluarkan darah juga tidak dapat di tolerir karena dapat menimbulkan bekas dan berbahaya. Kemudian ada juga batasan untuk permainan “force feminization” atau dimana saya melecehkan dia dengan mendandani dia dengan pakaian perempuan. Sebagai tambahan safety kami juga mempunyai semacam kata kode, dimana bila dia atau saya mengatakan kode itu semua permainan akan berakhir.
Persiapan
Setelah semua formalitas tersebut dibicarakan dan di sepakati, akhirnya tibalah saatnya untuk saya menikmati budak sex baru yang saya recruit. Kami berjanji untuk bertemu di sebuah hotel di Jakarta di waktu jam kerja, setelah makan siang sampai sore hari. Saya menuliskan instruksi instruksi untuk persiapan apa saja yang harus disediakan pada saat pertemuan tersebut melalui SMS dan email.
Saya menginstruksikan dia untuk menyediakan sebuah rantai anjing yang mengunakan kulit pada pegangan penuntunya, jepitan baju, lilin putih yang besar, sebatang pengaris kayu, dasi dasi tua yang banyak, borgol besi 1 pasang, sarung tangan latex dan KY Jelly. Pada saat saya menulis itu, jantung saya berdebar debar dan muka saya terasa panas karena sudah membayangkan hal apa saja yang akan saya lakukan ke dia. Imajinasi saya berlari ke mana mana dan gambaran gambaran akan siksaan siksaan yang akan saya lakukan membuat saya menjadi sangat horny.
Pada hari yang sudah di sepakati, pagi pagi hari sekali saya menelpon kantor untuk meminta ijin untuk tidak masuk hari itu, dan saya sudah sengaja untuk mengalihkan semua appointment yang ada di hari itu untuk direschedule ke esokan harinya. Asisten pribadi saya juga sudah saya beritahu bahwa hari ini saya ada keperluan mendesak yang harus diselesaikan di luar kantor, sehingga semua urusan yang ada saya delegasikan ke asisten saya.
4 jam sebelum waktu yang di sepakati saya menulis SMS ke Anwar untuk detail persiapan yang harus dia lakukan, sehingga pada waktu saya datang di kamar hotel yang sudah di siapkan olehnya dia sudah siap untuk melayani saya. Saya meminta dia untuk mandi yang bersih (kalau perlu luluran), dan berdiri menunggu saya di depan pintu dalam kamar hotel dalam keadaan telanjang bulat dan mengenakan rantai anjing di lehernya dengan mata yang di tutup erat oleh sebuah dasi berwarna hitam. Saya juga meminta rantai anjing tersebut dililitkan di sekeliling lehernya dan dengan kulit penuntunnya digigit di mulutnya.
Kurang lebih jam 12 siang saya mendapat SMS dari Anwar yang berbunyi, “Saya sudah siap dan sedang menunggu di kamar 1811 untuk digunakan oleh kamu” melihat kata kata di SMS itu darah saya terkesiap dan bulu di tengkuk saya merinding membayangkan kenikmatan yang akan saya peroleh.
Saya bergegas mengenakan sepasang pakaian dalam lace saya yang berwarna hitam dan di baluti oleh sebuah blouse putih yang tipis serta satu stel blaser dan rok berwarna abu abu tua, saya juga sengaja menyemprotkan winyak wangi sekujur tubuh saya sehingga menjadi sangat semerbak wangi menggoda bila saya berjalan. Setelah berdandan saya dengan tergesa gesa mengambil kunci mobil saya dan mulai menyetir ke arah hotel tempat kita berjanji yang di tempuh kurang lebih hanya 15 menit.
The Game is Beginning
Tibalah saya di depan pintu kamar hotel, saya memencet bel yang berada di depan pintu kamar. Seketika pintu di buka, ini menandakan budak saya sudah dengan tepat mengikuti instruksi dari saya. Segera saya masuk dan menutup pintu dan mengunci rantai pintu dalam. Saya melihat di depan saya seorang pria budak pemuas saya sedang berdiri tegap dengan posisi tangan silang ke belakang punggung dan kaki sedikit terbuka lebar, kelihatannya dia sangat menghayati perannya sebagai budak saya, terlihat penisnya sudah setengah ereksi mungkin karena sangat berantisipasi menunggu kedatangan saya, saya tersenyum melihat pemandangan di depan saya, selama kurang lebih 2 menit saya mempelajari badan yang akan diberikan kepada saya dalam 4-5 jam ke depan.
Para pembaca, saya sengaja menginstruksikan Anwar untuk mengenakan penutup mata, sehingga dia tidak dapat melihat ekspresi muka saya yang mungkin sedikit grogi atau tersenyum geli melihat dia yang sedang menggunakan rantai anjing dan mengigit kulit penuntun rantai anjing yang berwarna merah itu. Saya tidak mau wibawa saya hilang karenanya, jadi lebih baik matanya tertutup, dan saya pikir harusnya untuk dia sensasinya lebih besar juga bila dia pasrah dan tidak bisa melihat siapa yang datang dan mengunakan badannya.
Pelan Pelan saya ambil kulit penuntun rantai anjing yang di gigit di mulutnya dan melepaskan beberapa lilitan rantai besi yang berada di lehernya, kemudian saya menuntun dia ke tengah ruangan kamar di depan tempat tidur. Dengan posisinya berdiri yang sama dan dengan kepalanya menunduk. Saya berjalan perlahan mengelilingi dia sambil memeriksa dan menginspeksi badannya yang putih kecoklatan dan bersih itu.
Sekali kali saya membelai belai badannya untuk merasakan apakah dia sudah luluran dan mandi dengan bersih. Dengan lembut dan perlahan saya juga meremas remas penis dan kantung dimana dua buah bolanya berada untuk merasakan kejantanannya, dan menciumi dadanya dengan lembut untuk merasakan bau aroma badannya yang sebentar lagi akan saya pakai dengan seenak enaknya.
Anwar budak saya itu pasrah dan diam saja, saya bisa merasakan bahwa dia sangat excited sekali dengan perlakuan saya itu, sekali kali dia melenguh keenakan pada saat saya menyentuh bagian bagian sensitif di badannya. Setelah kurang lebih 10 menit saya melakukan inspeksi badannya dan puas dengan hasil inspeksi saya duduk di depannya di pinggiran ranjang.
Saya berkata, “Sekarang kamu berlutut..!”. Dengan patuh dia menjatuhkan lututnya untuk berlutut di atas karpet, dengan mata masih tertutup dan kepala yang menunduk.
Kemudian dengan lembut dan tegas saya berkata di depan mukanya..
“Mulai detik ini, kamu adalah budak saya, badan dan jiwa kamu menjadi milik saya sampai sesi ini selesai, kamu enggak berhak lagi atas badan kamu, penis kamu, lidah kamu, muka kamu, tangan kamu, kaki kamu semuanya gunanya untuk memuaskan saya, kamu ngerti..?”
“Saya mengerti, silakan Ibu memakai badan saya untuk kesenangan dan kepuasan Ibu dengan seenak enaknya dan seegois egoisnya tanpa memikirkan saya sama sekali, semoga saya dapat memberikan kenikmatan buat Ibu, bila tidak silakan saya di hukum dan di siksa..”, jawabnya dengan gemetar.
“Oke.. Bagus..” jawab saya.
“Mulut kamu juga tidak boleh bicara tanpa ijin, kecuali bila saya beri pertanyaan, kalau enggak badan kamu nanti saya siksa”, lanjutku. Dia menganggukkan kepalanya dengan pasrah.
Saya beranjak berdiri sambil melepas blazer untuk menjadi lebih nyaman. Saya mengacuhkan keadaan slave saya yang masih berlutut telanjang di kamar hotel, seakan akan dia hanyalah sebuah benda yang bernafas dan berfungsi untuk saya nikmati bila saya inginkan. Saya berjalan jalan di kamar, melihat lihat pemandangan di jendela kamar hotel, menyalakan TV dan memilih milih channel yang bagus sambil tidur-tiduran. Kemudian perhatian saya tertumpu kepada sebuah tas gym yang berwarna hitam yang terongok di sudut kamar.
Satu persatu saya keluarkan barang barang yang ada di dalam tas itu dan saya susun di atas ranjang. Salah satu benda yang ada adalah sebuah borgol besi, saya ambil dan saya kenakan borgol itu ke dua tangannya dibelakang punggung budakku yang sedang berlutut. Sambil mengenakan borgol, saya berkata,
“Saya suka melihat melihat budak kesayangan saya menderita kesakitan dan enggak berdaya, jadi sekarang kamu akan saya siksa walaupun kamu enggak ngelakuin kesalahan apa apa, tapi penderitaan kamu bikin saya jadi terangsang, kamu senang kan di gituiin..?”.
“Silakan Bu, saya senang sekali”
Saya ambil beberapa penjepit pakaian, kemudian saya cubit puting dadanya dan saya jepit masing masing satu penjepit di setiap puting. Belum puas melihat ringgisan di mukanya saya ambil lagi beberapa jepitan dan saya jepitkan di kantung dimana tempat dua biji penisnya berada, reaksinya sungguh luar biasa, setiap saya menjepitkan satu jepitan, dia melenguh kesakitan dan bergerak gerak kakinya, sehingga ada beberapa jepitan yang jatuh dan berbunyi, “Snnapp..”.
Saya jambak rambut dia dan saya bilang, “Jangan gerak gerak! Atau nanti penis kamu saya jepit juga..”.
Dengan patuh dia berusaha untuk diam dan menahan sakit. Terlihat dia mulai mengigit bibir bawahnya dan badannya gemetar menahan sakit, peluh mulai membasahi badannya yang sexy.
Saya duduk di depannya tersenyum menikmati hasil kreasi yang saya ciptakan, terlihat jepitan baju yang berwarna warni memenuhi areal sekitar penisnya dan sepasang jepitan di nipplenya. Kemudian saya memerintahkan dia untuk melakukan jongkok berdiri selama 20 kali dengan badan yang tegap lurus, dan saya suruh dia menghitung jumlah jongkok berdiri itu dengan keras.
“Satu.. Dua.. Tiga..” dan seterusnya.
Nafasnya mulai terengah engah dan keringat mulai membanjiri badannya sehingga menimbulkan efek mengkilat pada otot otot dibadannya yang sexy itu. Sesekali karena gerakan jongkok berdiri itu beberapa jepitan lepas, dan setiap jepitan lepas budak saya menggumam menahan rasa sakit. Oh rasanya nikmat sekali melihatnya seperti itu, dan saya mulai horny dan basah karenanya. Setelah selesai saya suruh dia berdiri, dan saya berjalan mengitarinya sambil membelai belai badannya yang basah oleh keringat, sesekali saya menyuruh dia untuk menjilati jari jari saya yang basah karena memegang megang keringat di badannya.
Saya mengambil handuk kecil di kamar mandi, dan melepaskan borgol dan ikatan matanya, kemudian saya memberikan handuk itu sambil berkata,
“Bersihin keringet di badan kamu.. Sekarang kamu harus puasin saya yah.. Ayo kalo udah selesai keringin keringet kamu, buka baju saya satu persatu dan gantung baju saya yang rapi jangan sampai ada yang lecek.”
Dengan patuh dia mulai melap badannya yang berkeringat, kemudian dengan kepala menunduk dia menghampiri saya.
“Ayo sekarang buka bajuku..”
“Baik Bu.., maaf, permisi Bu..”
Tangannya satu persatu dengan lembut membuka kancing blouse saya. Kelihatannya dia sangat menyukai badan saya yang mulus dan wangi, terlihat penisnya mulai berdiri dan menganguk angguk kesenangan. Setelah saya telanjang bulat dan semua pakaian saya tergantung dengan rapi di lemari, saya menyuruh dia untuk nungging di atas ranjang dengan kaki terbuka dan tangan ke belakang. Kemudian saya kenakan lagi borgol besi ke tangannya di belakang punggungnya, lalu saya sendiri tiduran setengah duduk di sampingnya sambil memegang megang badannya yang dalam posisi pasrah itu. Penisnya saya tarik tarik, betot betot dan kocok kocok, seakan seperti memerah sapi.
“Eh budak, saya mau lidah kamu jilatin seluruh badan saya, mulai dari pundak sampai ke ujung kaki saya. Jangan sampai ada se centi pun yang ketinggalan pokoknya semuanya saya minta di jilat sampai kering, oh yah ampir lupa nih saya pakeiin rantai kamu dulu”. Saya pasang rantai anjing di lehernya.
“Ayo mulai jilat jilat kaya anjing, kalo rantai ini saya tarik sekali berarti kamu pindah jilatin ke tempat lain, tapi kalo saya diem aja berarti kamu terus jilatin tempat yang lagi kamu jilatin..,.. Ngerti..?”.
“Ngerti Bu..” jawabnya.
Nikmat sekali rasanya dijilati oleh budak saya yang satu ini, sekujur badan saya dijilati dengan telaten, kalo saya udah bosen di jilatin di satu tempat saya hentakan rantainya, baru dia pindah ke tempat lain. Yang membuat saya horny juga meliha dia kesusahan waktu menjilati saya karena tangannya terikat ke belakang, jadi terkadang kepalanya nempel di badan saya karena pegal di otot perutnya menahan bebannya sendiri, biasanya kalo dia kecapeaan saya pukul pantatnya pake penggaris kayu yang ada di samping saya.
Dengan senak enaknya saya mengulet ngulet di atas tempat tidur sementara budak saya terus berusaha menjilati badan saya, sekali kali saya menaikan kaki saya ke atas badannya dan membuat dia semakin menderita karena berat yang di timbulkan.
Pada saat dia menjilati telapak kaki, jari jari di telapak kaki saya yang satunya aktif membelai belai mukanya dan juga menjambak jambak rambutnya. Sensasi di jari kaki saya waktu di jilati dan di hisap satu persatu sungguh luar biasa dengan rajin budak saya mengulum dan menjilati jari kaki saya sampai saya hentakan rantai baru dia pindah ke jari yang berikutnya.
Saya menikmati service budak saya ini sambil menikmati rokok dan menonton TV, kalau saya haus saya suruh dia berhenti dan mengambil minuman kaleng di mini bar (tentunya dengan tangan masih terikat) sehingga dia kesusahan mengambil minuman untuk saya, dengan geli saya tersenyum melihat kesulitan yang dia hadapi. Rasanya enak sekali selama hampir 2 jam saya seperti ratu di manja dan di buat geli oleh lidahnya yang nikmat.
Setelah puas di manja oleh lidahnya, sekujur badan saya menjadi sangat sensitif dan ditambah oleh rasa puas saya, saya ingin sekali climax. Lalu saya bentangkan kaki saya dan membuka lebar anus saya dengan mengunakan kedua tangan saya, kemudian saya menyuruh budak saya untuk menjilati dan memasukan lidahnya ke dalam anus saya, ohh rasanya nikmat luar biasa, lidahnya berputar putar di dalam anus saya dan sekelilingnya.
Setelah itu saya menghentakan rantai anjingnya, bertanda saya ingin dia pindah tempat, sepertinya dia sudah mengerti kalau clitoris saya sudah mengeras dan ingin dijilati. Saya buka bibir vagina saya dan saya benamkan kepala budak saya ke situ dengan posisi lidahnya tepat di clitoris saya.
Tidak lama kemudian saya mencapai climax, rambutnya saya jambak dengan keras selama beberapa menit sementara saya masih menikmati kegelian yang masih ada, lalu saya tendang dia ke lantai dan saya suruh dia menghisap hisap jempol kaki saya sementara saya mengatur napas dan menikmati sisa sisa climax saya itu.
Tanpa terasa selama kurang lebih 20 menit saya terlelap tidur nikmat, dan terbangun oleh rasa ingin kencing dan kuluman lidah budak saya yang masih dengan setia menghisapi jempol kaki saya. Lalu saya duduk dan membuka ikatan borgol di tangan budak saya itu.
“Kamu pintar sekali muasin saya.. Pasti kamu sekarang haus yah..?”
“Terima kasih Bu..,. Iya Bu.. Saya haus”
“OK.. Kalo gitu ayo ikut saya, kamu saya kasih hadiah..”
Saya tuntun dia ke kamar mandi dan menyuruh dia rebahan telentang di dalam bath tub.
“Buka mulut kamu yang lebar, yah.. Sayang!”
Kemudian saya jongkok di atas mukanya dan mulai mengencingi mukanya sambil mengarahkan arus air kencing saya ke mulutnya.
“Ayo.. Di minum semuanya.. Buka mulutnya yang lebih lebar lagi yahh.. Ayoh dongakin kepalanya biar enggak tumpah tumpah.. Sayang..”
Dengan patuh budakku meminum air kencing saya dengan lahap, terlihat jankunnya bergerak naik turun meneguk air kencingku yang masuk ke mulutnya yang terbuka dengan lebar.
Setelah selesai saya menyuruh dia untuk membersihkan vagina saya dengan mulutnya, karena air kencingku tercecer ke mana mana saya berdiri dan menyalakan pancuran shower sementara budak saya masih tiduran di dalam bath tub, saya membersihkan badan saya di pancuran shower yang terletak di atas bathtub sambil satu kaki saya, saya letakan di atas muka slaveku yang masih tiduran di bawah. Setelah selesai saya keluar dari bath tub dan mengeringkan badan dan kaki saya dengan handuk kemudian saya taruh handuk itu di lantai dan saya menyuruh budak saya untuk bersih bersih dan mengeringkan badannya dengan handuk tersebut.
“Ayo bersih bersih.. Jangan lupa pakai sabun yah, biar enggak bau.. Saya tunggu kamu di kamar.. Kalau lama dan enggak bersih nanti kamu saya hukum loh..” ujarku dengan manja.
Selang beberapa menit budak saya selesai bersih bersih, sementara saya duduk di atas kursi di belakang sebuah meja belajar.
Diatas meja saya persiapkan sebuah lilin yang sudah saya nyalakan, gelas kosong, sepasang sarung tangan karet dan KY Jelly.
“Ayo merangkak ke sini sayang.. Saya belum selesai sama kamu..”
Dengan patuh dia merangkak menuju ke arah saya. Sesampainya dia di samping saya, rambut kepalanya saya elus elus, dan sesekali jari tangan saya memainkan bibirnya yang kemudian dia jilati seperti seekor anjing yang patuh.
Saya menyuruh dia untuk naik ke atas meja belajar di depan saya dengan posisi nungging dan kaki terbuka sehingga lubang anus dan penisnya terlihat jelas.
Sambil duduk di belakang meja saya memakai sarung tangan karet dan melumasi KY Jelly dipermukaan sarung tangan. Saya juga memberikan Jelly itu ke sekitar selangkangan, penis dan terutama didalam lubang anusnya. Dengan perlahan saya memasukan jari tengah saya ke dalam anusnya dia yang sudah terlumuri dengan banyak KY jelly, sementara tangan saya yang satu lagi meremas remas dan mengurut urut dengan lembut alat kelaminnya yang sudah licin oleh KY jelly.
Remasan dan urutan saya itu membuat penisnya menjadi sangat keras dan tegang, bila ini terjadi saya menyodok nyodok lubang anusnya dengan kasar sehingga dia menjadi kesakitan dan lemas lagi. Setelah lemas saya urut urut lagi dengan lembut sampai tegang kembali dan seterusnya sampai berulang ulang kali.
Dia sangat menyukai perlakuan ini, hanya mungkin sedikit frustasi karena saya terus goda goda hingga tidak mencapai climax. Penisnya dan area antara lubang anus dan kantung biji saya urut urut dan penisnya saya kocok kocok lembut dengan irama yang perlahan dan menggoda. Sampai suatu saat hampir dia ejakulasi namun saya tekan pangkal penisnya dan saya tetesi dengan lilin panas di sekujur punggung dan lubang pantatnya yang sensitif.
Dia menjerit kesakitan dan minta ampun pada saat saya tetesi lilin, setelah itu mengerang ngerang keenakan bila saya stimulasi alat kelaminnya. Setelah saya pikir dia sudah cukup menderita akhirnya saya urut penisnya dengan tempo yang lambat dan mantap dan makin lama makin cepat, sambil berkata..
“Kamu enggak boleh keluar dulu yah.. Awas loh.. Kalo kamu mau keluar kamu harus minta ijin dulu sama ibu.”
“Ibuu saya minta ijin mau keluar.. Ampunn udah enggak tahan lagi..”, rintihnya tak lama kemudian.
“Ok.. Ayo keluarin budakku sayang” jawab saya seraya mengambil gelas kosong yang ada di atas meja.
Saya mengarahkan muka gelas itu ke lubang penis di tempat spermanya akan keluar. Selang beberapa detik penisnya menggelembung dan memuntahkan cairan sperma yang sangat banyak. Saya terus mengenggam dan mengurut ngurut penisnya sampai tetes sperma terakhir tertampung di dalam gelas. Terlihat kepuasan di muka slave saya dan sekujur badannya gemetar keenakan, kepalanya lunglai dengan dahi bersender di atas meja.
Lalu saya mengambil sebuah sendok kecil yang biasanya di sediakan di tempat pembuatan kopi/teh di dalam kamar. Lalu saya mengaduk ngaduk gelas yang berisi spermanya itu dan menyuapinya sendok demi sendok sampai habis bersih.
“Enak sayang..?” tanyaku.
“Iya Bu.. Enak sekalii.. Terima kasih Ibu..”
“Pinterr deh slave saya.. Ayo dijilatin sendoknya sampai bersih..!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar